Assalamu'alaikum wr.wb. Alhamdulillah, blog CULTURE EDUCATION HEALTHY AND ECONOMY telah bisa di akses, semoga bisa bermanfaat terutama bagi pelestarian Budaya Sunda, yang pada masa sekarang ini semakin tergerus oleh perkembangan jaman, dimana generasi muda sunda banyak yang memilih kebudayaan lain daripada Budayanya sendiri. Alhasil kebudayaan sunda semakin ditinggalkan.
Selasa, 23 Oktober 2012
Sampurasun.... Manawi dikersakeun.... sing lungsur langsar mulus rahayu berkah salamet dugi kana sampurna.....sa jatining hirup manusa kersaning Gusti Nu Maha Kawasa.....acin ing manusa jeung jalma gumulung ngajadi hiji ngawujud kana Rasa...Rasaning manusa asmaning Gusti Maha Suci sing ngajadi Sipatining manusa...awal tepi ka ahir aya dina rawayan jati,,,rep madep deui ka Dzat Maha Suci,,,mugia katampa rasa na katampi sari na...Rahayu
Senin, 01 Oktober 2012
Minggu, 30 September 2012
Sabtu, 22 September 2012
Jumat, 21 September 2012
Jumat, 13 Juli 2012
Menolong diri sendiri dengan “menolong” ALLAH
Teringat sebuah ayat motivasi luar biasa,
“Wahai orang-orang yang beriman! jika kamu menolong (agama) ALLAH, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7)
Adakah yang merasa berat menjalankan amanah?
adakah yang merasa terlalu lelah untuk melangkah?
adakah yang ragu pada pertolongan ALLAH?
jika kita membaca ayat diatas lalu mempertanyakan, “apakah benar semua orang yang menolong agama ALLAH akan ditolongNya?” maka kita perlu mengingat kembali kisah-kisah sarat mujizat yang telah membuktikan betapa luar biasa ALLAH membantu hambaNya yang berjuang untuk agamanya, sebagian diantaranya:
- Musa as, saat ALLAH membukakan jalan keluar ketika beliau bersama umat dikejar bala tentara fir’aun. disaat ada kekhawatiran akan keselamatan umatnya, disaat itulah ALLAH menurunkan bantuan luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya, ALLAH membelah lautan merah untuk jalan. dan akhirnya beliau as beserta umatnya selamat. Sedangkan fir’aun dan pasukannya yang terus mengejar akhirnya ditimpa air laut.
- Ibrahim as, disaat ALLAH menyelamatkan beliau dari siksaan api yang siap memanggang beliau.
- Muhammad saw, disaat para malaikat turun ke bumi dan menjadi bagian dari pasukan mujahid melawan kaum quraisy. Pasukan muslim yang hanya 314 orang berhasil menumbangkan kesombongan kaum kafir yang berjumlah seribu orang dengan semua tokoh kaum musyrikin.
- Yunus as, yang diselamatkan ALLAH dari perut ikan paus.
Dan begitu banyak kisah lain yang menjadi bukti nyata betapa ALLAH menurunkan bantuanNya pada hamba-hambaNya yang berjuang membela agamaNya. Keikhlasan dan totalitas perjuangan mereka telah menyentuh kehendak ALLAH untuk menurunkan bantuanNya. Sungguh, tiada keraguan atas apa yang dijanjikan ALLAH pada umat manusia.
pertanyaannya kemudian adalah:
masihkah kita ragu?
masihkah kita enggan?
sudahkah kita menunaikan kehormatan hidup kita sebagai pembela (agama) ALLAH?
Semoga kita senantiasa diistiqomahkan dalam jalan kebenaran. aamiin…
Siapapun kita yang menjalani aktivitas dakwah Ilallah,
Siapapun kita yang senantiasa menjalani rutinitas hidup untuk mencari keridloan ALLAH,
Siapapun kita yang senantiasa berjuang untuk pertemuannya dengan ALLAH,
katakan ” BISMILLAHI ALLAHUAKBAR ! “, lalu biarkan ALLAH membantu kita dengan kuasaNya.
Sedikit renungan, semoga bermanfaat.
Elegi Sebuah Keputusan
Di hadapanku kini sedang menangis seorang gadis bernama Dewi, pacarku yang hubunganku dengannya telah terjalin selama delapan bulan. Dalam isaknya yang menurutku begitu cengeng, ia memintaku untuk tidak mem-PHK-nya dari jabatan sebagai seorang pacarku.
“Jangan putusin Dewi ya, Andri…” Ujarnya sambil terisak.
Aku mengambil sebuah gelas yang terletak di atas meja yang memisahkan aku dan Dewi saat ini, kemudian meneguk airnya beberapa tegukan.
“Hhh… Dewi…” Ujarku setelah selesai aku minum. “Kenapa sih cuma sama kegiatan-kegiatanku aja kamu sampe cemburu?” Lanjutku sembari menaruh gelas itu kembali ke samping sebuah piring yang berisi nasi goreng hidangan Cafe Yayang yang sebenarnya telah dihidangkan dua menit yang lalu kepada kami berdua. Namun selera kami belum bangkit untuk segera menikmatinya.
“Kalau kegiatan-kegaitanmu selama ini bisa menjauhkan aku dengan kamu, jelas aku cemburu.” Jawabnya.
Aku menunduk sambil menghisap nafas dalam-dalam, mencari jawaban yang tepat untuk kusampaikan pada Dewi, yang aku mengenalnya melalui sebuah perjumpaan yang sangat modern, melalui chating.
Mulanya hanya main-main saja ketika aku men-double klik sebuah nama yang terpampang di channel #Padang, yang menurutku cukup unik, ce-elok. Maka obrolan melalui ruang maya yang menjadi awal perkenalanku padanya pun dimulai setelah aku menuliskan kalimat, “He jangan ngelamun, elok-elok kok ngelamun. Beko kok lah tasapo baru tau raso.”
Percakapan mulai seru ketika setelah kami menyerahkan data asl (age, sex, location) kami masing-masing, kami menemukan kesamaan umur dan tempat. Hanya jenis kelamin saja yang berbeda. Selanjutnya humor-humor segar mengalir melalui komputer kami masing-masing Dan begitulah, terjadi jawab menjawab antara kami hingga ketika sudah saatnya bagiku untuk gtg (Get to go), aku meninggalkan emailku padanya yang ketika tiga hari kemudian aku kembali ke warnet untuk memeriksa emailku, rupanya telah ia kirim sebuah surat perkenalan.
Email darinya kiranya terus datang setelah aku meladeni satu-persatu email-emailnya yang masuk padaku. Mulanya isi surat-surat elektronik kami hanyalah berupa perkenalan identitas diri saja seperti apa hobi, kegiatan, sampai binatang peliharaan kami. Namun yang terjadi selanjutnya rupanya tidak cukup sebatas perkenalan diri semata.
Yang membuatku heboh – meski ini sudah ku duga sebelumnya – ia meminta fotoku. Maka dengan berbekal PeDe yang cukup tinggi, aku kirim sebuah fotoku yang paling gagah, foto ketika aku berhasil menaklukan puncak gunung Merapi (Gunung Merapi yang terletak di Sumatera Barat). Dan ia pun balas memberikan foto, sebuah foto yang menggambarkan seorang gadis cantik di sebuah taman bunga yang entah di mana, aku tak tahu. Aku tak mengira, ia begitu cantik. Sesuai dengan nicknya selama ini, ce-elok.
Perkenalan kami rasanya tanggung sekali rasanya kalau tidak ada kopi darat. Maka kopi darat antara kami terjadi di sebuah kafe yang bernama Café Yayang yang tak jauh dari rumahnya di Lapai – daerah terkenal di Padang – pada sabtu sore di mana saat itu ia datang dengan mengenakan baju merah mawar yang makin mempercantik dirinya.
Kopi darat hanyalah gerbang menuju perjumpaan rutin selanjutnya yang selalu sama, tempat dan saatnya. Kadang kami juga bertemu di warnet tertentu untuk bermain internet bersama-sama.
Besarnya frekuensi pertemuan kami menyebabkan kami pun sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih dekat: pacaran. Maka dua bulan sebelum Ebtanas, kami telah berjanji di Cafe Yayang pada suatu sore di hari sabtu untuk – yang kata remaja saat ini – ‘jadian’.
Begitulah, hubungan pacaran kami lancar-lancar saja sampai ketika hasil UMPTN diumumkan dan hasilnya aku lulus di matematika Universitas Andalas, sedangkan ia lulus di Sastra Inggris Universitas Negeri Padang. Perbedaan kampus tak menghalangi pacaran kami karena toh selama ini kami juga beda sekolah.
Waktu terus bergulir, perlahan aku mulai tertarik untuk aktif di organisasi di kampus ini. Semua kegiatan dari setiap organisasi di MIPA ini telah aku ikuti. Dan karena kawan-kawan di jurusanku banyak yang ikut Forum Studi Islam, maka berbekal ikut-ikutan, aku mulai rajin mengikuti kegiatan FSI itu.
Kegiatan-kegiatan itu benar-benar menambah pengetahuan agamaku. Bahkan aku mulai mengerti aturan Islam mengenai pergaulan laki-laki dan wanita.
Sebabnya kegiatan-kegiatan itu begitu menyita waktuku – hingga aku tak sempat lagi ke warnet dan menelepon Dewi, maka kegiatan-kegiatan itu diprotes oleh Dewi kini.
“Andri… Andri janji ya sama Dewi, jangan cuekin Dewi lagi.” Kali ini suara Dewi memecah hening di antara kami.
Isak Dewi masih persatu. Untung saja tak begitu banyak orang di Café ini, hanya lima meja termasuk meja kami yang tertempati oleh pengunjung yang semuanya aku perhatikan sedang… pacaran. Ups, aku mulai muak melihat kegiatan yang kusebut barusan belakangan ini.
“Oke deh Dewi, aku nggak kan mutusin kamu. But, aku nggak suka aja kalau kamu sering cerita-cerita masalah kamu sama aku.”
“Cerita-cerita masalah?”
“Iya, emangnya aku psikolog kamu?”
“Andri… kok sepertinya nggak ada hubungannya dengan pembicaraan kita selama ini? Aku tuh mempermasalahkan kegiatan kamu itu. Sampe-sampe kamu mau mutusin aku karena kamu sibuk. Nggak ada hubungannya dengan kebiasaan aku suka ngadu masalah-masalah aku ke kamu”
“Yaa gitu. Kalo kamu nggak mau diputusin, kamu harus rubah kebiasaan kamu. Kamu nggak boleh lagi mengeluh di hadapan aku.”
Tampak olehku dahi Dewi berkerut tanda kebingungan mendengar ucapan-ucapanku.
“Cuma dengan tidak lagi mengeluh di hadapan kamu, kamu nggak akan mutusin aku?” Tanyanya.
“Iya, emangnya kenapa?”
“Lalu kegiatan-kegiatan kamu?”
“Tetap jalan. Dan aku akan berusaha untuk tetap merhatiin kamu.”
“Apa gara-gara aku sering ngeluh kamu jadi cuekin aku?”
”Nggak.”
“Lho, jadi… Gimana sih maksud kamu.”
“Aku ingin kamu ngaduin masalah-masalah kamu ke Uni Irna.”
“Uni Irna kakak mu? Memangnya kenapa?”
“Yah gitulah. Aku cuma pengen kamu dekat dengan kakakku. Mudahkan? Kamu kan satu kampus dengan Uni Irna. Tapi itu kalau kamu mau. Kalau nggak, ya mungkin aku harus konsentrasi ke kuliah dan organisasiku. Pacarannya nanti aja kalau aku sudah nikah nanti.”
“Pacaran kalau sudah nikah? Ih, aneh deh kamu Andri. Ya sudah, kalau itu syarat dari kamu, aku akan berusaha untuk dekat dengan kakakmu.”
Aku melempar senyum keluar, pada hujan yang sudah agak reda meski rintik-rintik tipis masih ingin bercanda pada kulit bumi.
*****
Langkah dipercepatku menjamahi trotoar di bahu jalan Sudirman – Jalan di mana warung internet langgananku berada – ketika matahari satu jam lagi tertelan langit barat. Berikutnya setelah aku sudah berada di depan warnet Idola, aku bergegas ke dalam mencari bilik yang kosong yang – AlhamduliLlah – langsung aku temukan. Segera pada komputer yang ada dibilik itu, aku double klik icon internet explorer dan kuketik www.muslimmuda.com – web site tempat aku mendaftarkan email – pada addres di layar explorer yang telah muncul.
Langkah selanjutnya adalah aku mencari email balasan dari Dewi di kotak inbox. Dan email yang aku cari itu aku temukan.
Email itu berisi tentang penerimaannya terhadap permintaan maafku yang kukirim melalui email tiga hari yang lalu. Janji kencan di Café Yayang pada sabtu sore kemarin terpaksa aku batalkan sepihak karena ada acara mabit (menginap) yang diadakan di Masjid Nurul ‘Ilmi dan waktunya pun dimulai pada Sabtu sore.
Pemaklumannya itu membuatku terkejut. Biasanya ia akan marah padaku dan dengan manja memintaku untuk memperhatikannya sebagai layaknya orang pacaran. Bukan cuma itu saja yang membuatku terkejut. Ia juga bercerita kalau ia makin dekat saja dengan Uni Irna. Ia mulai merasakan kelembutan Uni Irna yang menyentuhnya pada setiap kali ia mengadu masalah-masalah yang ia hadapi kepada Uni Irna. Ia juga bercerita kalau sebentar lagi ia akan mengenakan jilbab, sebagai suatu realisasi nasihat-nasihat Uni Irna selama ini. Jelas sekali dari suratnya, Uni Irna memiliki pengaruh yang besar sekali pada diri Dewi.
Dalam pada itu, riak-riak kekhawatiran menerpa dinding hatiku. Di satu sisi, siasatku untuk mendekatinya pada Uni Irna telah berhasil. Di sisi lain, mulai timbul ketakutan pada diriku ketika ia pada akhirnya memutuskan aku secara sepihak.
Azzamku luruh oleh nafsu yang lupa aku belenggu ketika aku mulai mengetik sebuah surat yang berisi permohonan agar ia juga tidak lupa memperhatikan aku, dan tidak sampai memutuskan aku setelah ia dekat dengan Uni Irna.
*****
Jarum jam di dinding Café Yayang membentuk 120 derajat dengan Jarum pendek menunjuk ke angka delapan setelah bel jam itu berbunyi delapan kali. Aku duduk sendiri di meja dekat pintu masuk, ditemani tempias hujan yang memeluk aku yang menanti Dewi selama satu jam ini.
Rasa bosan mendekapku erat bersama rasa kesal yang menggerogoti rasa kangen pada Dewi. Sementara nasi goreng yang sudah begitu lama terhidang baru aku makan setengahnya.
Tanpa nada yang teratur, aku mengetukkan jari-jariku di atas meja. Dan setelah lima menit waktu beranjak dari delapan tepat, tanpa menghabiskan nasiku aku beranjak dari Café tersebut, kemudian menembus gerimis malam menuju sebuah warnet terdekat.
Dengan niatan ingin memarahi Dewi melalui email – karena malam ini ia telah mengingkari janjinya dan belakangan ini ia tidak pernah lagi meneleponku, aku membuka emailku setelah sebuah komputer yang tadinya menganggur aku ambil alih. Aku tak salah untuk kesal padanya. “Bukankah dahulu ia yang mengemis-ngemis padaku agar aku tidak memutusinya?” Pikirku.
Terlebih dahulu aku membuka kotak surat yang sudah seminggu ini tidak aku buka karena sibuk. Dan setelah inbox terbuka, sebuah surat bersubject “Maafkan Dewi” yang mengejutkan aku, langsung aku buka.
Assalamualaikum wr. wb.
Andri, maafkan Dewi kalau surat ini membuat Andri sedih, kesal, atau marah pada Dewi. Tapi Dewi rasa, Andri tidak akan sampai seperti itu. Karena bukankah Andri sendiri yang sengaja mendekatkan Dewi pada Uni Irna?
Andri, setelah Dewi mengenal Uni Irna lebih dekat, Dewi mulai mengenal keindahan Islam. Uni Irna selalu menjawab dengan bijak kesedihan-kesedihan Dewi. Dewi diperkenalkan pada sebuah trouble solver yang bernama Islam. Dewi jadi sadar, betapanya agama yang Dewi anut selama ini begitu Dewi acuhkan sehingga keindahan-keindahannya tidak dapat Dewi nikmati.
Dewi juga diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan Islam di kampus. Sama seperti kamu, Dewi pun lama-lama mulai tertarik dengan kegiatan keislaman. Kegiatan keislaman itu sedikit banyak makin menambah luas pengetahuan keislaman Dewi.
Dewi juga ikut kajian mingguan yang ada di kampus. Pokoknya, Uni Irna sukses membuat Dewi aktif di setiap kegiatan keislaman.
Hingga akhirnya pada suatu saat di sebuah acara keislaman, Dewi mendengar bahwa Islam tidak mengenal pacaran. Pada mulanya Dewi ragu, Ndri. Tapi Uni Irna berhasil meyakinkan Dewi. Dan dari Uni Irna lagi, rupanya kamu juga udah tau kalau pacaran itu dilarang dalam Islam.
Begitulah Andri, Dewi akhirnya punya keberanian untuk memutuskan hubungan kita. Toh rupanya syarat kamu agar Dewi dekat dengan Uni Irna bertujuan supaya Dewi siap kalau suatu waktu kamu memutuskan hubungan kita.
Andri, insya Allah, kalau Allah menghendaki pacaran kita ini akan tetap berlanjut. Tapi nanti Ndri, ketika kita sudah diresmikan oleh penghulu. Tapi selama kita belum resmi, kita berlindung saja kepada Allah dari cinta yang berasal dari nafsu.
Mudah-mudahan masing-masing kita mendapatkan pasangan yang terbaik yang pilihan Allah.
Wassalamualaikum wr. wb.
Dewi
Seketika kurasakan sekujur tubuhku menjadi lemas. Aku telah kedahuluan olehnya.
Selasa, 15 Mei 2012
Pendidikan Karakter Mutlak Diperluan
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan
yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan
orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan
dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan
kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan
yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021
tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter
adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika,
90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak
bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk.
Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80
persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional
quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana
dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting
pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola
roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter
yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat
estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan
baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak
yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21
pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia
kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis.
Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau
11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan
saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali
bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya
tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara
tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan
evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan
pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah
sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan
rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm..
dan proses seperti ini sering disebut dengan proses
mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau
diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu
kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah,
agar proses
anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami
hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak
mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya
yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter
juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan
berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta
keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang
lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter
rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih
baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin
diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat
berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan
optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To
educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to
society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek
moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
Karakter Budaya Sunda
Watak Budaya Sunda |
![]() |
![]() |
![]() |
Written by Iwan Kurnia |
dipost ulang oleh Rahmat Purnama |
![]()
Sunda
berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung
unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/
karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak /
karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener
(benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah
dijalankan sejak jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran, telah
membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda
merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau
Jawa namun dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru
dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan
Salakanagara dan Tarumanegara. Bahkan menurut Stephen Openheimer dalam
bukunya berjudul Sundaland, Tatar Sunda/ Paparan Sunda (Sundaland)
merupakan pusat peradaban di dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya
Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan masuknya budaya luar lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda.
Makna
kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih.
Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga
didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu
memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila
mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya.
Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budaya nasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya.
Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita melangkah ke belakang dulu. Mempelajari, dan mengumpulkan pasir mutiara yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Karena itu, marilah kita kenali kembali, dan menguak beberapa butir peninggalan nenek moyang Sunda yang hampir.
Ada beberapa etos atau watak dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Selain itu, etos dan watak Sunda juga dapat menjadi bekal keselamatan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Etos dan watak Sunda itu ada lima, yakni cageur, bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara dan Tarumanagara. Ada bentuk lain ucapan sesepuh Sunda yang lahir pada abad tersebut. Lima kata itu diyakini mampu menghadapi keterpurukan akibat penjajahan pada zaman itu. Coba kita resapi pelita kehidupan lewat lima kata itu. Semua ini sebagai dasar utama urang Sunda yang hidupnya harus 'nyunda', termasuk para pemimpin bangsa.
Cara meresapinya dengan memahami artinya. Cageur, yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifat suudzonisme. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama, banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit, tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan, bukan hanya dibaca atau diucapkan saja. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin, berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam. Singer, yaitu penuh mawas diri bukan was-was, mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelum pribadi, pandai menghargai pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi diresapi makna esensinya. Pinter, yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.
|
Langganan:
Postingan (Atom)